Saturday, March 16, 2013

artikel anak autis




Pola Asuh anak Autisme dan Tumbuh Kembangnya

Sering kali banyak masyarakat menilai anak autis itu dianggap sebagai aib dalam setiap keluarga yang mempunyai anak seperti itu, walaupun kerabat dekat yang memberitahu bahwa anak nya terkena syndrome autism, orang tua terkadang tidak mau mengakui dan malu akan hal itu. Sehingga para orang tua yang memiliki anak autism terlambat mengetahui bahwa anak mereka terkena syndrome tersebut. Gejala awal penderita autis sangat jarang diketahui oleh para orang tua.
Ciri-ciri anak autis yaitu tidak bisa menguasai bahasa atau lamban dalam penguasaan bahasa sehari hari, mata tidak jernih atau tidak besinar, tidak suka menatap mata orang lain, hanya tertarik pada satu mainan yang ia sukai, merasa mempunyai dunia sendiri dengan berbicara sendiri dan tidak suka berbicara dengan orang lain, dan tidak mau dipeluk serta dicium oleh orangtua nya.
Ciri-ciri itu yang sering kali tidak diperhatikan oleh para orangtua sehingga penanganan nya terlambat. Penyebab Autisme sampai sekarang belum dapat ditemukan dengan pasti. Banyak sekali pendapat yang bertentangan antara ahli yang satu dengan yang lainnya mengenai hal ini. Ada pendapat yang mengatakan bahwa terlalu banyak vaksin Hepatitis B yang termasuk dalam MMR (Mumps, Measles dan Rubella )bisa berakibat anak mengidap penyakit autisme.
Teori
Autisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu autos yang berarti sendiri. Menurut kamus lengkap Psikologi J.P Chaplin (2001), ada tiga pengertian autisme:

1.      Cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan atau diri sendiri
2.      Menanggapi dunia berdasarkan harapan sendiri dan menolak realitas
3.      Keasyikkan dengan pikiran dan fantasi sendiri
Penyebab autisme sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti, namun ada hormonal, kelainan periantal, proses kelahiran yang kurang sempurna, serta penyakit tertentu yang diderita sang ibu ketika mengandung atau melahirkan sehingga menimbulkan gangguan pada perkembangan susunan saraf pusat yang mengakibatkan fungsi otak terganggu.
Teori Psikososial
Kanner mempertimbangkan adanya pengaruh psikogenik sebagai penebab autisme: orangtua yang emosional, kaku, dan obsessif, yang mengasuh anak mereka dalam suatu atmosfir yang secara emosional kurang hangat, bahkan dingin. Pendapat lain mengatakan ada nya trauma pada anak yang disebabkan hostilitas yang tidak disadari dari ibu, yang sebenarnya tidak menghendaki anak ini. Ini mengakibatkan gejala penarikan diri pada anak dengan autisme. Menurut Bruno Bettelheim, perilaku orang tua dapat menimbulkan perasaan terancam pada anak-anak. Teor-teori pada 1950-1960 sempat membuat hubungan dokter dengan orangtua mengalami krisis dan menimbulkan perasaan bersalah serta bingung pada orangtua yang telah cukup berat dengan mengasuh anak autisme.
Teori Biologis
Teori ini menjadi berkembang karena beberapa fakta seperti berikut: adanya hubungan yang erat dengan retardasi mental (75-80%), perbandingan laki-laki : perempuan = 4:1, meningkatnya insidens gangguan kejang (25%), dan adanya beberapa kondisi medis serta genetik yang mempunyai hubungan dengan gangguan ini. Hingga sekarang ini diyakini bahwa gangguan autisme merupakan suatu syndrome perilaku yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi yang mempengaruhi system saraf pusat. Namun demikian, sampai saat ini belum diketahui dengan pasti letak abnormalitasnya. Hal ini diduga karena adanya disfungsi dari otak batang otak mesolimbik. Namun dari penelitian terakhir diemukan kemungkinan adanya keterlibatan dari serebelum.

Definisi Pola Asuh
Pola asuh adalah cara, bentuk atau strategi dalam pendidikan keluarga yang dilakukan oleh orangtua kepada anaknya. Strategi, cara dan bentuk pendidikan yang dilakukan orangtua kepada anak-anaknya sudah tentu dilandasi oleh beberapa tujuan dan harapan orangtua. Diharapkan pendidikan yang diberikan orangtua membuat anak mampu bertahan hidup sesuai alam dan lingkungannya dengan cara menumbuhkan potensi-potensi yang berupa kekuatan batin, fikiran dan kekuatan jasmani pada diri setiap anak (Anto, dkk. 1998) Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap.
Jenis-Jenis Pola Asuh:
Macam-macam pola asuh menurut para ahli ;
·         Otoriter
Pola asuh keluarga otoriter cenderung memiliki banyak peraturan. Orang tua umumnya sangat membatasi anak-anak mereka dalam segala hal. Tak hanya dalam hal negatif, kadang untuk hal positif pun, gerakan anak-anak benar-benar dibatasi.
Dalam pola asuh seperti ini, komunikasi yang terjadi hanyalah komunikasi satu arah yaitu dari orang tua ke anak, sedangkan si anak tidak diperkenankan bicara atau mengeluarkan pendapat. Orang tua kerap memberikan banyak aturan yang bersifat memaksa, bila dilanggar maka akan ada hukuman.
Akibat dari pola asuh keluarga seperti ini adalah anak menjadi tidak bebas, suatu saat akan menjadi pemberontak. Bahkan, bukan tidak mnmungkin pribadi akan menjadi kacau, negatif, dan bisa meniru orang tua nya.
·         Demokratis
Pola asuh keluarga secra demokratis agak lebh longgar dari otoriter, dan ini sangat bagus untuk membentuk pribadi seseorang anak agar tumbuh menjadi orang yang baik.
Jenis pola asuh ini sangat memperhatikan kepentingan atau kebutuhan si anak. Mereka diberi kebebasan tapi tak bersifat mutlak, peran orang tua masih sangat tinggi sehingga anak-anak pun tidak akan kebablasan dalam bertindak.
Tidak seperti tipe otoriter, komunikasi yang terjadi adalah komunikasi dua arah. Hal ini menyebabkan tidak terjadi nya kesalah pahaman antara orang tua dan anak. Anak mengerti apa keinginan orang tua, orang tua pun mengerti kebutuhan dan kemampuan anak nya.
·         Permisif
Pola asuh keluarga tipe ini benar-benar sangat longgar. Anak-anak diberi kebebasan untuk melakukan apa saja dan orang tua hampir tidak melakukan pengawasan terhadap mereka.
Sekalipun anak melakukan kesalahan atau mendekati hal yang berbahaya, orang tua cenderung tidak menegur mereka. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa macam hal, misalnya orang tua yang terlalu sibuk bekerja, atau orang tua yang terlalu sayang hingga memanjakan anak nya. Anak memang suka kebebasan. Nmun pola asuh seperti ini jelas tidak terlalu baik untuk membentuk pribadi seorang anak, karena anak umum nya masih sangat labil dan butuh tuntunan orang tua. Bila terlalu dibebaskan, mereka akan tumbuh menjadi anak manja, tidak suka bekerja keras, dan tidak akan sukses di tengah-tengah masyarakat.
·         Menelantarkan
Pola asuh jenis ini bisa dibilang lebih membahayakan dari tipe permisi. Orang tua akan menelantarkan anak-anak mereka dan tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh si anak.
Bukan hanya tidak peduli, orang tua seperti ini bahkan enggan untuk memenuhi kebutuhan anak nya, sehingga anak benar-benar ditelantarkan bahkan seperti orang lain saja.
Anak yang mendapat pola asuh keluarga seperti ini tidak akan memiliki masa depan yang baik, kecuali mereka memberontak dan mencari jalan hidup sendiri sesuai kebutuhan mereka dengan bantuan orang lain.
  Cara menanggapinya
Menurut saya sebenarmya pola asuh yang perlu dilakukan orang tua yang memiliki anak autism adalah jenis pola asuh demokratis karna anak autism tidak bisa dipaksa atau pun dibiarkan begitu saja, mereka harus dimengerti dan dibimbing dengan cara yang lemah lembut, walaupun anak autism hanya tertarik pada 1 benda atau hal tapi orang tua harus dengan sabar melatih konsentrasi anak nya tidak hanya pada 1 benda saja.
Disini juga orang tua harus ikhlas menerima kalau anak mereka menderita syndrome autism dan harus segera diberikan terapi karna kalau tidak perkembangan anak nya tidak ada kemajuan yang signifikan.
Terlihat pada gambar bahwa anak autisme hanya tertarik pada 1 benda
Perkembangan anak autisme berbeda dengan anak normal karna perkembangan anak autisme mulai terhambat di umur 3 tahun, karna diusia itu gejala nya mulai terlihat dengan  jelas.
Anak autisme memiliki hambatan dalam hal belajar karna ada anak autisme yang bisa berbaur ada juga anak autisme yang suka menyendiri dan menjauh dari teman-teman nya. Anak autisme yang mampu berbaur dengan anak-anak lain nya memiliki kemampuan berkomunikasi dan percaya diri yang memadai.
Terapi untuk anak autisme
Berikut ini adalah beberapa jenis terapi yang digunakan untuk menangani anak autisme :
Analisa tingkah laku (Applied Behavioral Analysis (ABA)). Terapi ini merupakan terapi yang tertua dan paling banyak diteliti serta dikembangkan untuk autisme. Terapi ABA ini merupakan sistem pelatihan intensif dengan menggunakan hadiah yang berfokus terhadap sistem pengajaran tertentu.
Terapi wicara hampir semua penderita autisme mempunyai masalah bicara ataupun bahasa sehingga diharapkan dengan terapi bicara atau berbahasa dapat membantu penderita autisme untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Terapi okupasi berfokus  membentuk kemampuan hidup sehari hari. Karena kebanyakan penderita autisme mengalami perkembangan motorik yang lambat, maka terapi okupasi sangatlah penting. Seorang terapis okupasi juga dapat memberikan laihan sensorik terintegrasi, yaitu suatu teknik yang dapat membantu penderita autisme untuk mengatasi hipersensitifitas terhadap suara, cahaya, dan sentuhan.
Terapi kemampuan social. Salah satu akibat dari autisme adalah sedikitnya kemampuan sosial dan komunikasi. Banyak anak yang menderita autisme memerlukan bantuan untuk menciptakan kemampuan supaya dapat mempertahankan percakapan, berhubungan dengan teman baru atau bahkan mengenal tempat bermainnya.

 Kesimpulan :
Jadi menurut apa yang ada di atas anak autisme bukan lah sebuah aib dalam keluarga sehingga para orangtua tidak perlu menyangkal jika anak nya terkena sindrom autisme. Hal yang perlu di lakukan para orangtua adalah memberikan terapi kepada anak nya untuk meringankan syndrome yang diderita.

Refrensi

2 comments:

  1. Halo Ibu Dyah. Saya mau berbagi info. Saat ini ada metode terapi baru yaitu Neuro-enhancement. Metode ini biasa dipakai di negara-negara barat dan baru masuk ke Indonesia beberapa tahun belakangan. Terapi ini bertujuan untuk mengoptimalkan gelombang otak yang berguna untuk mengoptimalkan fungsi kognitif, emosi, perilaku, dan fisik seseorang.

    Di tempat saya bekerja, tingkat keberhasilan mencapai 85%. Kebetulan saya juga bekerja di tempat terapi neuro-enhancement, bila ingin mencari info terbaru dapat langsung hubungi Brain Optimax.
    Semoga info ini menambah wawasan Ibu Dyah. Selamat sore.

    Salam,
    Ibu Pauline

    ReplyDelete