Kecerdasan kognitif seorang anak sangat beragam dan mempengaruhi bagaimana proses pendektan atau pembentukan prilaku dan kognitif sosial anak tersebut.Sebelum
kami membahas lebih lanjut mengenai tentang pendekatan perilaku dan kognitif
sosial dan pendekatan kognitif sosial terhadap pembelajaran kami akan mengulas
sedikit tentang revolusi kognitif.pada awal 1950-an,benjamin bloom menciptakan
taksonomi keterampilan dalam mengingat,memahami,mensintesis dan mengevaluasi.ia
yakin bahwa para guru harus membantu siswa menggunakan dan mengembangkan
ketrampilan kognitif yang di miliki nya(bloom & krathwohl,1956).
saat
ini,pendekatan kognitif serta ilmu telah berkembang menjadi bagian dari
psikologi pendidikan (bransford,2006; pressley & harris,2006),dan psikologi
pendidikan semakin fokus pada aspek sosioemosional kehidupan para siswa.sebagai
contoh,mereka menganalisis sekolah sebagai sebuah konteks sosial dan meneliti
peran budaya dalam pendidikan (diaz,pelletier,&
provenzo,2006;kress&elias,2006;dan okagaki,2006.
1.
Otak
Perkembangan
Kognitif adalah perkembangan kecerdasan otak pada anak yang terjadi di dalam
otak,akan tetapi tidak banyak orang yang mengetahui bagaiman otak mengalami
perubahan ketika anak-anak berkembang.belum lama ini,para ilmuan berpikir bahwa
gen menentukan bagaimana otak anak disusun dan tidak kebanyakan sel,sel-sel di
dalam otak yang bertanggung jawab atas pemprosessan informasi, serta berhenti
membelah pada masa anak-anak. Otak seperti apa yang diturunkan kepada
anak-anak, pada dasarnya mereka tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengubahnya.
Namun, pandangan ini tampaknya salah. Padahal, otak mempunyai plastisitas
(kelunturan) atau kemampuan untuk berubah tinggi, serta perkembangan bergantung
pada pengalaman (Nelson, Thomas, dan de Haan, 2006;Stettler & yang lain,
2006). Apa yang dilakukan anak-anak, bisa mengubah perkembangan otak mereka.
Pandangan masa
lalu tentang otak, merupakan bagian fakta yang mengungkapkan bahwa para ilmuwan
tidak mempunyai teknologi untuk mendeteksi dan memetakkan perubahan yang
sensitif di dalam otak, ketika otak berkembang. Saat ini, teknik mengindai otak
yang canggih memungkinkan deteksi yang lebih baik mengenai perubahan ini. Telah
ada banyak kemajuan dalam memetakkan perubahan perkembangan di dalam otak,
meskipun banyak yang masih tak diketahui, serta hubungannya dengan pendidikan
anak-anak masih sulit diketahui (Nelson, Thomas, dan de Haan,2006).
Sel dan bagian otak jumlah dan
ukuran ujung saraf otak terus bertambah setidaknya sampai masa remaja. Beberapa
pertambahan ukuran otak juga berhubungan myelinasi
proses pembungkusan beberapa sel di otak oleh selubung myelin. Hal tersebut
akan meningkatkan kecepatan jalur informasi pada sistem saraf. Myelinasi di
daerah otak yang berhubungan dengan koordinasi tangan-mata, terus berlanjut
hingga usia kurang lebih usia 4 tahun. Myelinasi di daerah otak penting dalam
memfokuskan perhatian masih berlangsung hingga usia kurang lebih 10 tahun
(Tanner, 1978). Perngaruh proses tersebut pada pengajaran adalah anak-anak akan
kesulitan untuk memfokuskan perhatian dan mempertahankannya untuk waktu yang
sangat lama selama masa kanak-kanak awal, teteapi perhatian mereka akan
meningkat ketika mereka melalui tahun-tahun di sekolah dasar. Proses myelinasi
yang meningkat secara besar-besaran terjadi di bagian depan otak (lobus frontalis),
tempat terjadi penalaran dan pemikiran, selama masa remaja(Nelson, Thomas, dan
de Haan,2006).
Aspek-aspek
lain yang penting dari perkembangan otak pada tingkat sel adalah peningkatan
yang dramatis dalam hubungan antarneuron (sel saraf). Sinapsis adalah selah
kecil diantara neuron tempat hubungan antarneuron dibangun. Para peneliti telah
menemukan aspek yang menarik dari hubungan sinapsis. Koneksi tersebuat di buat
hampir dua kali lebih banyak dibanding jumlah yang kelak digunakan.
(Huttenlocher & Dabholkar; 1997; Hutterlocher & yang lain, 1991). Hubungan
antarneuron yang digunakan menjadi lebih kuat dan akan bertahan, sementara yang
tidak digunakan akan diganti oleh jalan lain atau menghilang.dalam sebuah studi
yang menggunakan teknik mengindai otak yang canggih, otak anak-anak terlihat
mengalami perubahan anatomi yang substansial antara usia 3 dan 15 (Thompson dan
yang lain,2000). Para peneliti menemukan bahwa otak anak-anak mengalami
pertumbuhan yang sangat cepat dan nyata, dengan cara mepindaian otak berulang
kali pada anak-anak yang sama selama lebih dari 4 tahun. Jumlah materi otak di
beberapa daerah bisa hampir dua kalinya dalam 1 tahun, yang di ikuti oleh
menghilangnya jaringan secara drastis karena sel-sel yang tidak dibutuhkan di
singkirkan dan otak secaara mandiri terus dilakukan pengaturan. Dalam studi
ini, ukuran otak secara keseluruhan tidak berubah dari usia 3 – 15 tahun.
Namun, pertumbuhan yang cepat dalam lobus frontallis, terutama pada
daerah-daerah yang berhubungan dengan perhatian.
·
Leteralisasi (lateralization)
Adalah
spesialisasi fungsi di setiap belahan otak
Pada
individu-individu yang mempunyai otak yang utuh, terdapat perbedaan
fungsi-fungsi di beberapa area:
1.
Pemprosesan
verbal
pada
sebaian besar individu, bicara tatat bahasa ditempatkan dibelahan otak kiri
(jabbour, dkk,2005; lohman, dkk;2005;wSilke,dkk,2005).
2.
Pemprosesan
nonverbal.
Otak
kanan biasanya lebih dominan dalam memproses informasi njonverbal seperti
persepsi spasial, pengenalan visual, dan emosi (demaree,dkk,2005;floel,dkk,2004).
Otak kanan juga mungkin berpearn ketika orang-orang mengungkapkan emosi atau
mengenali emosi orang lain.
·
Plasitisitas
Seperti
yang kita ketahui, otak mempunyai plasitisitas, dan prkembangannya trgantung
pada konteksnya (giedd),dan lainnya,2006;nelson,tomas,dan de haan,2006;withford
dan yang lainnya,2006.lingkungan yang ada dapat menghasilkan perkembangan
pembelajaran dan fungsi otak.
2.
Teori
dan tokoh kognitif
Di dalam proses kognitif mempunyai dua tokoh dan
pendapat mereka yaitu:
A.
Teori piaget
Teori piaget adalah: penyair noah perry pernah
bertanya,”siapakahyang mengetahui pikiran seorang anak?tidak ada yang lebih
tahu dari psikologi swiss yang terkenal,jean piaget(1896-1980).
- skema piaget(1954) menyatakan bahwa ketika anak berusaha membangun pemahaman mengenai dunia,otak berkembang membentuk skema (schema).inilah tindakan atau representasi mental yang mengatur pengetahuan.dalam teori piaget,skema perilaku (aktivitas fisik) merupakan ciri dari masa bayi dan skema mentral (aktivitas kognitif)berkembang pada masa kanak-kanak (lamb,bornstein,&teti,2002).skema bayi di susun secara sederhana mislnya menyedot,menggegam,melihat suatu objek,sedangkan anak yang berumur lebih tua mempunyai skema untuk menyelesaikan masalah.
Ø Asimilasi dan akomodasi piaget memberikan konsep asimilasi dan
akomodasi untuk menjelaskan bagaimana anak-anak menggunakan dan menyusaikan skema
mereka,asimilasi(asimilation) terjadi ketika anak-anak memasukkan informasi
baru ke dalam skema mereka yang sudah ada sebelumnya.akomodasi(accomodation)
terjadii ketika anak-anak menyusaikan skema mereka agar sesuai dengan informasi
dan pengalaman baru mereka.
Ø Organisasi menurut piaget,anak-anak mengatur pengalaman mereka
secara kognitif untuk mengartikan dunia mereka.organisasi(organization) dalam
teori piaget adalah pengelompokkan perilaku dan pikiran yang terisolasi ke
dalam sebuah susunan sistem yang lebih tinggi.
Ø Ekuilibrasi dan tahapan perkembangan ekuilibrasi equilibration
adalah mekanisme yang di ajukan piagetuntuk menjelaskan bagaimana anak-anak
beralih dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran yang selanjutnya.menurut
piaget hasil dari proses ini adalah individu-individu tersebut melalui empat
tahap perkembangan.
Tahapan
piaget setiap tahapan piaget berkaitan dengan usia dan terdiri dari cara
pikirbyanng berbeda-beda.
piaget
mengajukan empat tahap perkembangan kognitif
yaitu:
sensorimotor,praoperasional,operasional konkret,operasional pormal.
a)
Tahap
sensorimotor(sensorimotor stage) merupakan tahap perkembangan kognitif piaget
yang pertama,berlangsung dari kelahiran sampai kurang lebih 2 tahun.dalam tahap
ini,bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan mengoordinasikan pengalaman
sensori dan motorik mereka.oleh karena itu di sebut sensorimotor.pada permulaan
tahap ini,bayi hanya menunjukan lebih dari sekdar pola adaptasi dengan
dunia.dan pada pengujung tahap ini,mereka meperlihatkan pola sensori-motorik
yang jauh lebih rumit.
b)
Tahap
praoperasional(preoperational stage) adalah tahap perkembangan kognitif piaget
yang ke dua,berlangsung antara usia 2 sampai 7 tahun.tahap ini lebih
simbolikdari pada sensorimotor,tetapi tidak melibatkan pemikiran
operasional.namun,tahap ini bersifat egosentris dan intutif dari pada logis.pemikiran
praoperasional terbagi menjadi dua subtahap: fungsi simbiolik dan pemikiran
intutif.
·
Subtahap fungsi
simbiolik(symbolic function substage) berlangsung antara usia 2 sampai 4
tahun.dalam subtahap ini anak melatih kemampuan untuk mewujudkan secara mental
sebuah benda yang tidak ada.hal tersebut akan memperluas dunia mental si anak
menuju dimensi.
·
Subtahap
pemikiran intuitif(intuitive though substage) adalah subtahap pemikiran
praoperasional yang kedua,dimulai sekitar usia 7 tahun.pada subtahap ini
anak-anak mulai menggunakan pemikiran primitif dan ingin mengetahui jawaban
untuk semua jenis pertanyaan.piaget menyebut subtahap ini “intuitif” karena
anak-anak tampak sangat yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka,namun
tidak sadar bagimana mereka menggetahui apa yang mereka ketahui.artinya mereka
mengatakan mereka mengetahui sesuatu,tetapi mengetahui nya tanpa menggunakan
pemikiran yang rasional.
c)
Tahap
operasional konkret(concrete operational stage) merupakan tahap perkembangan
kognitif piaget yang kettiga,berlangsung dari usia sekitar 7-11 tahun.pemikiran
operasional konkret melibatkan penggunaan konsep operasi.pemikiran yang logis
menggantikan pemikiran intuitif,tetapi hanya dalam situasi yang
konkret.terdapat keterampilan mengklarifikasikan,tetapi persoalan yang abstark
tetap tidak terseleasaikan.operasi konkret adalah tindakan mental yang bisa
bolak-balik dan berkaitan dengan objek yang nyata dan konkret.
d)
Tahap
operasional formal(formal operational step)merupakan tahap perkembangan piaget
yang ke empat atau terakhir,berlangsung padaumur 11-15 tahun.pada tahap
ini,individu-individu mulai mengambil keputusan berdasarkan pengalaman nyata
dan berpikir lebih abstrak,idealis,dan logis.
B.
teori vygotsky
menurut vygotsky,fungsi-fungsi mental mempunyai hubungan eksternal
atau hubungan sosial.vygotsky menyatakan bahwa anak-anak mengembangkan
konsep-konsep yang sistematis,logis,dan rasional yang merupakan hasil dari
dialog bersama pembimbing nya yang terampil.jadi,dalam teori vygotsky,orang
lain dan bahasa peran kunci dalam
perkembangan kognitif seorang anak (bodrova & leong, 2007;
fidalgo & pereira, 2005; hyson, coople, & jones, 2006; stetsenko &
arievitch,2004).
3.
Otak
(kognitif) dan pendidikan
hubungan yang biasanya di ajukan antara ilmu saraf dan pendidikan
otak adalah bahwa ada periode yang penting atau sensitif,dan ketika
pembelajaran nya mudah,efektif,dan di pertahankandengan mudah.namun,tidak ada
bukti dari ilmu persyarafanuntuk mendukung kalau individu-individu yang berotak
kiri yang lebih logisdan individu-individu yang berotak kanan lebih kreatof
bahwa hubungan-hubungan antara ilmu saraf dan ilmu pendidikan otak ( blakemore
& frith, 2005; breur,1995 dan sousa 1995)
4.
Pendekatan
kognitif sosial terhadap pembelajaran dan pendekatan ilmu perilaku dan kognitif
sosial
·
Asumsi-asumsi dasar
teori kognitif sosial
Teori
kognitif sosial berakar pada behaviorisme dan dengan demikian juga membahas
pengaruh-pengaruh penguatan dan hukuman dalam batas tertentu.dan di bawah ini
kita akan membahas pendekatan kognitif sosial terhadap pembelajaran.
05
1.
Orang dapat
belajar dengan mengamati orang lain.
Belajar
seringkalimerupakan prose trial and eror.orang mencoba banyak respon yang
berbeda,dengan meningkatkan respon-respon yang menghasilkan konsekuensi –
konsekuensi yang di inginkan dan membuang yang tidak produktif.teori kognitif
sosial menyatakan bahwa para pembelajar tidak harus “bereksperimen”dengan cara
trial and error semacam itu,tapi juga bisa menggunakan cara lain seperti
mengamati prilaku orang lain atau yang di sebut model.
2.
Belajar merupakan
suatu proses internal yang mungkin atau juga tidak menghasilkan perubahan
prilaku.
Beberapa
dari hal-hal yang di pelajari orang muncul dalam perilaku mereka dengan
segera,yang lain mempengaruhi perilaku mereka di kemudian hari,dan yang lain
lagi tidak mempengaruhi perilaku mereka sama sekali.
3.
Manusia dan
lingkungan nya saling mempengaruhi
Pembelajaran
juga mempengaruhi lingkungan,seringkali secara sadar dan sengaja.dan dalam
tingkat tertentu,pelajar mempengaruhi lingkungan nya melalui perilaku mereka.,misalnya
respon yang di buat oleh siswa yang menentukan berbagai aktifitas yang mereka
sukai.proses-proses kognitif internal,karateristik
kepribadian,dan lain-lain yang dalam cara
tertentu terletak dalam diri pembelajar.
4.
Perilaku
terarah pada tujuan-tujuan tertentu
Para
ahli tori kognitif sosial mengemukakan bahwa orang seringkali menetapkan tujuan
bagi diri mereka sendiri dan mengarahkan perilaku mereka berdasarkan tujuan
itu.
5.
Perilaku
menjadi semakin bisa di aatur sendiri-sendiri
Biasanya
manusia tahun pertama kehidupan tindakan mereka di kontrol dan di arahkan oleh
orang-orang terdekat mereka,namun saat mereka sudah beranjak dewasa mereka
cenderung bisa mengontrol sendiri kehidupan mereka.
1.
Pemodelan
Sebagai
manusia kita mempunyai kemampuan untuk meniru orang lain hampir sejak kita
lahir ( T.F. field, woddson, greenberg, & cohen, 1982; kugiumutzakis, 1988;
meltzoff, 2005).dan dalam kenyataan nya ternyata otak di perlengkapi secara
khusus bagi imitasi.model di bagi menjadi 2 macam yaitu:
a)
Model hidup
(live models) yaitu model manusia atau orang-orang yang ada di sekitar kita
seperti orang tua,guru,teman,dll.
b)
Model simbolik
(symbolic models) karakter yang nyata atau fiksi yang di gambarkan dengan
buku,tv,majalah,koran,dll.
·
Perilaku yang Dapat Dipelajari melalui Pemodelan
Orang tentu
saja mempelajari banyak perilaku psikomotor dengan mengamati apa yang dilakukan
orang lain, mulai dari tindakan yang relatif sederhana (mis., menggosok gigi)
hingga tindakan yang jauh lebih kompleks (mis., menampilkan gerakan tarian atau
keterampilan gimnastik) (Magil, 1993; Poche, McCubbrey, & Munr, 1982;
Vintere, Hemmes, Brown, & Poulson, 2004).
·
keterampilan Akademis Siswa
mempelajari banyak keterampilan akademis, setidaknya sebagian, dengan mengamati
apa yang dilakukna orang lain. Misalnya, mereka mungkin belajar bagaimana
memecahkan soal pembagian yang panjang atau menulis karangan yang kohesif
sebagian mengamati bagaimana guru dan teman mereka melakukan hal tersebut.
(Braaksma, Rijlaarsdam, & van den Bergh, 2002; R. J. Sawyer, Graham, &
Haris, 1992; Shcunk & Hanson, 1985).
·
Agresi banyak
kajian penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak mkenjadi lebih agresif
ketika mereka mengamati model yang agresif atau berprilaku kasar (Bandura,
1965; Goldstein, Arnorld, Rosenberg, Stowe, & Ortiz, 2001; Guerra,
Huesmann, & Splinder, 2003). Anak-anak mempelajari agresi tidak hanya dari
model hidup (live models), tapi juga
dari model simbolik (symbolic models)
yang mereka lihat di film, televisi, atau video game (C. A. Anderson et. Al.,
2003). Dalam kenyataan, imitasi anak-anak cendrung menganbil bentuk yang sama
seperti agresi yang mereka lihat (Bandura, Ross, & Ross, 1963; Mischel
& Grusec, 1966). Anak laki-laki khususnya cendrung meniru prilaku agresif
orang lain (Bandura et. Al., 1963;
Bushman & Anderson, 2001; Lowry et. Al., 1995).
·
Prilaku interpersonal Dengan
mengamati dan meniru orang lain, pembelajar mendapatkan banyak keterampilan
interpersonal. Sebagai contoh, dalam kelompok kecil dengan teman-teman
sekelass, anak-anak bisa mengadopsi strategi satu sama lain untuk melakukna
diskusi mengenai kesusasteraan, mungkin belajar bagaimanameminta pendapat satu
sama lain.
2.
Bagaimana Model Memengaruhi Perilaku?
·
Efek pembelajaran observasional (observasional
learning effect). Pengamat menunjukkan perilaku baru yang diperagakan oleh model.
Dengan melihat dan mendengarkan model, siswa belajar cara membedah cacing
tanah, berenang gaya punggung, dan mengucapkan “Estudia usted espanol?” dengan benar. Mereka juga bisa mendapatkan
kepercayaan religius dan politik yang mereka dengar dianut orang tua mereka.
·
Efek pemfasilitasi respons (response falicication effect).
Pengamat menunjukkan prilaku yang telah dipelajari sebelumnya lebih sering
setelah melihat seorang model diberi
penguatan karena menampilkan prilaku tersebut (yi., setelah menerima penguatan
yang bersifat vicarious).
·
Efek penghambat respons (response inhibition effect). Pengamat
mengurangi frrekuensi prilaku yang telah dipelajari setelah melihat seorang
model dihukum karena prilaku tersebut (yi., setelah menerima penguatan yang
bersifat vicarious).
·
Response disinhibition effect. Pengamat
menunjukkan prilaku yang dilarang atau dihukum lebih sering detelah melihat
seorang model menunjukkan prilaku tersebut tanpa mendapatkan konsekuensi yang
merugikan.
§
Karakterisitk-karakteristik Model yang Efektif
v Kompetensi pembelajar biasanya mencoba meniru orang-orang yang melakukan
sesuatu dengan baik, bukan sebaliknya.
v Pretise dan kekuasaan
anak-anak dan remaja sering meniru orang yang terkenal atau orang yang
berkuasa. Beberapa model yang efektif-pemimpin dunia, atlet terkenal, bintang
rock populer-adalah orang-orang yang terkenal di tingkat nasional maupun
internasional.
v Prilaku “sesuia jender”
v Perilaku yang relevan dengan situasi
pembelajar sendiri pembelajar
paling mungkin mengadopsi perilaku yang mereka yakini akan membantu mereka
dalam situasi mereka.
v
Membantu Siswa Belajar dari Model
v
Atensi
v
Retensi
v Reproduksi
Motor selain atensi dan mengingat, pembelajar
harus secar fisik mampu memproduksi perilaku model.
3.
Self-Efficacy
Secara umum, Self-efficacy adalah penilaian seorang
tentang kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai
tujuan tertentu. Yang mempengaruhi perilaku & kognisi / wajib memiliki oleh
pengajar.
4.
Self-Efficacy Mempengaruhi Perilaku dan Kognisi
Perasaan Self-efficacy siswa mempengaruhi pilihan
aktivitas mereka, tujuan mereka, dan usaha serta persistensi mereka dalam
aktivitas-aktivitas kelas. Dengan demikian, Self-efficacy
pun pada akhirnya mempengaruhi pembelajaran dan prestasi mereka (Bandura, 1982,
2000; Schuck & Pajares, 2004).
i.
Pilihan aktivitas
a)
Tujuan
b)
Usaha dan persistensi
c)
Pembelajaran dan prestasi
ii.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Self-Efficacy
·
Keberhasilan dan Kegagalan Pembelajar Sebelumnya
·
Kesuksesan dan Kegagalan dalam Kelompok yang Lebih Besar
5.
Self-Efficacy Guru
Bukan hanya
siswa saja yang harus memiliki Self-efficacy yang tinggi agar sukses di kelas,
tetapi juga kita, sebagai guru, juga harus memiliki Self-efficacy yang tinggi
akan kemampuan kita membantu para siswa sukses.
a.
Pengaturan Diri
Self-efficacy
yang tinggi bukanlah satu-satunya
yang mempengaruhi performa mereka. Siswa juga harus menguassai pengetahuan dan
keterampilan yang membuat performa yang tinggi itu menjadi mungkin. Beberapa
pengetahuan dan keterampialn itu bersifat spesifik untuk topik-topik dan mata
pembelajaran tertentu, tetapi satu set keterampilan-keterampilan-keterampilan
pengaturan diri (self-regulation skills)-dapat
memiliki pengaruh bagi prestasi siswa di amna pun. Untuk mendapat gambaran
tentang keterampilan-keterampilan pengaturan diri (self-regulation).
6.
Self-Regulated Behavior
Mengontrol dan
memonitor prilaku kita sendiri (Bandura, 1986). Perilaku yang diatur sendiri (self-regulated
behavior).
a. Standar dan
Tujuan yang Ditentukan Sendiri (Self-Determined Standars and Goals)
b.
Pengaturan emosi Pengaturan emosi (emotional regulation), yaitu selalu
menjaga atau mengelola setiap perasaan- mungkin amarah, dendam, kebencian, atau
kegembiraan yang berlebihan-agar tidak menghasilkan respons-respons yang
kontraproduktif.
7.
Instruksi diri
Ø Instruksi diri (self-intruction), kita memberi
mereka saran untuk mengingat diri mereka sendiri tentang tindakan- tindakan
yang tepat. Strategi semacam itu sering efektif bagi siswa yang, kalau tidak,
cendrung berprilaku tanpa berprilaku (Carter & Doyle, 2006; Casey &
Burton, 1982; Meichenbaum, 1985).
Salah
satu cara yang efektif mengajarkan siswa untuk memberikan instruksi bagi diri
mereka sendiri melibatkan 5 langkah (Meichenbaum, 1977):
1.
Cognitive Modeling: guru menjadi model instruksi diri dengan mengulangi berbagai
instruksi dengan suara keras sementara pada saat bersamaan melakukan aktivitas
itu.
2.
Overt, external guidance: guru mengulangi instruksi dengan suara yang keras sementara pada
saat bersamaan melakukan aktivitas itu.
3.
Overt self-guidance: siswa
mengulangi berbagai instruksi dengan suara keras sembari bersamaan melakukan
aktivitas itu.
4.
Faded, overt self-instruction: siswa membisikkan instruksi itu sembari melakukan aktivitas itu.
5.
Covert self- guidance: siswa berfikir
dengan tenang mengenai instruksi itu sembari melakukan aktivitas itu.
8.
Self-Monitoring
mengamati diri
sendiri saat sedang melakukan sesuatu- sebuah proses yang dikenal dengan Self-monitoring,
atau observasi diri (self-observation).
·
Evaluasi Diri mereka harus melakukan Evaluasi Diri (self-evaluation).
·
Kontingensi yang ditetapkan sendiri (self-imposed contingencies)
Self-reinforcement dan
self-punishment semacam itu merupakan
Kontingensi yang ditetapkan sendiri (self-imposed contingencies). Sebuah
sajak tentang naik kuda yang ditulis oleh Melinda yang berusia 16 tahun.
9.
Self-Regulated Learning
Pembelajar yang
benar-benar efektif, siswa yang harus terlibat dalam beberapa aktivitas
mengatur diri (self-regulating
activities) yang baru saja dijelaskan. Mereka haru mengatur proses-proses
mental mereka sendiri. Secara khusus, pembelajaran
yang diatur sendiri (self-regulated
learning) mencakup proses-proses.
·
Penetapan tujuan (goal setting). Pembelajar yang mengatur
diri tahu apa yang ingin mereka capai ketika membaca atau belajar-mungkin
mempelajari fakta-fakta yang spesifik, mendapatkan pemahaman konseptual yang
luas tentang suatu topik, atau hanya mendapatkan pengetahuan yang memadai agar
bisa mengerjakan soal ujian di kelas.
·
Perencanaan (planning).
Pembelajar yang mengatur diri sebelumnya sudah menentukan bagaimana baiknya
menggunakan waktu sumber daya yang tersedia untuk utgas-tugas belajar
(Zimmerman, 2004; Zimmerman & Risemberg, 1997).
·
Motivasi diri (self-motivation).
Pembelajar yang mengatur diri biasanya memiliki sself-efficacy yang tinggi akan
kemampuan mereka menyelesaikan suatu tugas belajar dengan sukses.
09
·
Kontrol atensi (attention
control). Pembelajar yang mengatur diri berusaha memfokuskan perhatian
mereka pada pembelajaran yang sedang berlangsung dan menghilangkan dari pikiran
mereka hal-hal lain yang mengganggu (Harnishfeger, 1995; Kuhl, 1985; Winne,
1995)
·
Monitor diri (self-monitoring). Pembelajar
yang mengatur diri terus memonitor kemajuan mereka dalam kerangka tujuan yang
telah ditetapkan, dan mereka mengubah strategi belajar atau memodifikasi tujuan
bila dibutuhkan (D.L. Butler & Winne, 1995; Carver & Scheier, 1990;
Zimmerman, 2004).
·
Mencari bantuan yang tepat (appropriate help seeking). Pembelajar
yang benar-benar mengatur diri tidak harus berusaha sendiri. Sebaliknya, mereka
menyadari bahwa mereka membutuhkan bantuan orang lain dan mencari bantuan
semacam itu.
·
Evaluasi diri (self-evalution).
Pembelajar yang mampu mengatur diri menentukkan apakah yang mereka pelajari itu
telah memenuhi tujuan awal mereka. Idealnya, mereka juga menggunakan evaluasi
diri untuk menyesuaikan pengguanaan berbagai strategi belajar dalam
kesempatan-kesempatan di kemudian hari (Schraw & Moshman, 1995; Winne &
Hadwin, 1998; Zimmerman & Schunk, 2004)
10.
Self-regulated problem solving
Mengarahkan
usaha sendiri secara efektif untuk
memecahakan masalah-masalah yang kompleks-yang lazim disebut pemecahan masalah
yang diatur sendiri (self-regulated
problem solving)-melibatkan banyak komponen yang sana sebagaimana dalam
pembelajaran yang diatur sendiri (self-regulated
learning): penetapan tujuan, motivasi diri, kontrol atensi, evaluasi diri,
dan sebagainya (Zimmerman & Campillo, 2003).
No comments:
Post a Comment